Semakin dewasa saya semakin menikmati membaca buku, tapi ini kebiasaan yang telaaaat banget dibandingkan dengan anggota keluaga yang lainnya. Dalam ingatan saya, kakak saya mempunyai banyak sekali koleksi komik dan buku-buku. Mama saya pandai menulis puisi dan memiliki satu buku kumpulan puisi yang ditulis. Bapak saya memiliki satu ruangan yang penuh dengan buku-buku.
Kegemaran membaca buku ini sebenarnya datang dan pergi sesuai mood, namun semenjak saya memiliki Kindle, memang waktu membaca saya lebih banyak, apalagi pandemi, mau ngapain lagi selain nonton dan baca buku? hehe
Post Review buku pertama ini akan saya dedikasikan untuk buku Lebih Putih Dariku. Saya menemukan buku ini di sudut toko buku Post di pasar santa, cover hitam putih seakan memanggil-manggil saya dintara cover buku bewarna-warni. Oh ya toko buku Post ini unik dan menyenangkan, lain kali saya akan menceritakan khusus tentang toko buku ini ya!
Lebih Putih Dariku ini bercerita tentang Fiksi Sejarah berlatar belakang Yogyakarta pada era kependudukan hindia belanda.
Isah pemeran utama dalam novel ini tadinya hidup di lingkungan keraton, lalu memutuskan untuk pergi dan memulai cerita garis hidupnya sendiri karena ia tidak ingin dicomblangkan dengan lelaki yang tidak dikenalnya. Isah memutuskan menjadi Nyai, perempuan indo yang hidup bersama dengan orang belanda, selayaknya istri namun tidak dinikahi.
Didalam buku ini di deskripsikan jelas bagaimana kehidupan seorang Nyai, dari cara berpakaian, cara hidup, cara melayani sampai kasta seorang Nyai. Karena tidak dinikahi walaupun hidup berkecukupan seorang Nyai harus waspada untuk dapat ditinggalkan sewaktu-waktu.
Ceritanya cukup menaik turunkan emosi, mengikuti perjalanan hidup Isah yang bahagia, sedih, bahagia lalu nelongso. Cerita bermulai dari Isah remaja, menjadi Nyai, dan memiliki anak yang akhirnya semua terlepas dari genggamannya. Isah bagaikan potret manusia yang pada akhirnya sudah jatuh tertipa tangga, bertubi-tubi cobaan untuk dirinya sampai diakhir hayat.
Buku ini di tulis oleh Penulis belanda Dido Michielsen dan di translate oleh Martha Dwi Susilowati. Menurut saya buku ini disertai riset kehidupan pada Abad 19, menjadikan buku ini penuh dengan makna dan sejarah, namun tidak membosankan karena cara penulisan yang tidak bertele-tele dan lugas. Jika kamu pencinta fiksi sejarah, saya sangat merekomendasikan buku ini, pastinya akan jatuh hati juga dengan buku ini seperti saya.
selanjutnya baca buku apa ya? ada ide?

Siiip, aku mau cari buku nya. Sukaa banget kisah sejarah begini mba. Bbrp kali aku baca buku yg berbau ttg Nyai, dan rata2 memang kehidupan mereka itu keras. Orang lain menganggab ya wanita simpanan penjajah. Tapi dari pihak kulit putihnya, nyai juga ga akan diakui sebagai istri dan ga mungkin mewariskan harta laki2 yang memeliharanya :(. Sedih sih.
Aku tuh suka baca sejak kecil Krn memang keluargaku juga pecinta buku banget. Tapi memang baru sejak 2020 pandemi, waktu kosong banyak, udh resign juga, jadinya aku bikin reading challange sendiri mba supaya ttp konsisten baca bukunya 😁. Biasanya bikin review sekalian di IG, biar ada bukti kalo target bacanya udh on track
LikeLike
Wah ada temennya nih yang suka fiksi sejarah. Iya aku juga bikin track buku yang dibaca melalui goodreads.
Tahun ini aslinya cuma targetin 6 buku karena wfh sudah mulai berkurang, etapi ternyata banyak juga yang sudah kubaca. Semoga kegiatan membaca ini bs terus konsisten sampai kapan-kapan ya. Hahah
LikeLike